Rabu, 07 Februari 2018

Marah Ku

"Jahat !!
Kalian bener-bener jahat.
Ngga nyangka kalian sejahat itu, setega itu.
Jahat, sumpah jahat banget."

Marah ?
Kecewa ?
Sakit yaa rasanya ?
Sudah puas kah ?
Atau ada lagi yang ingin kamu ucapkan ?

Jika belum tuntas marahmu, jika belum hilang kecewamu, jika belum juga sembuh sakitmu, dan jika menurutmu itu hanya akan reda dengan cara meluapkannya, maka tuntaskanlah, maka ucapkanlah, dan silahkan luapkanlah, aku akan tetap disini, duduk, mendengarkan semua marahmu. Dan jika tangismu mulai pecah, tak dapat lagi kamu bendung datangnya, aku pun masih tetap disini, duduk, membuka lebar pelukku untuk kamu.

Menangislah jika kamu memang ingin menangis. Sudah terlalu lama kamu tahan tangisan itu. Matamu sudah tak sanggup lagi membendungnya. Biarlah tangis itu mengalir, sebagaimana mestinya ia mengalir sejak dulu. Tak perlu menyakiti dirimu lebih lama lagi. Tak perlu menyakiti dirimu dengan rasa malu karna akan menangis. Hatimu sudah terlalu lama menahan sakit. Jadi buatlah hatimu lega dengan meluapkannya lewat tangis.

Jika sudah puas kamu ucapkan semua marah dan kecewamu, dan jika sudah puas kamu luapkan semua tangismu, kini siapkanlah diri dan hatimu, dengarkan aku, akan aku sampaikan apa yang sudah seharusnya aku sampaikan padamu.

"Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia."

Tak perlu menyerngitkan dahi, atau memasang muka marah padaku, ini bukanlah perkataanku, ini adalah perkataan dari seorang hamba Allah, seorang khalifah yang di angkat sepeninggal Utsman Bin Affan, yang juga seorang menantu Rasulullah. Yaa, kamu benar, ini adalah perkataan Ali bin Abi Thalib, suami dari Fatimah, anak Rasulullah dari bunda Khadijah, yang cerita cintanya selalu kamu banggakan.

Kamu tau, apa yang sebenarnya kamu rasakan kini adalah buah dari apa yang dulu kamu tanam. Kamu telah menanam sebuah pohon harapan, pohon harapan yang berbentuk manusia. Yang dengan jelas kamu tau, bahwa buah yang akan dihasilkannya hanyalah sebuah kekecewaan. Apa kamu lupa, buah dari pohon yang kamu tanam itu hanya akan menghasilkan rasa pahit ? Tidakkah kamu ingat, bahwa rasa manis dari pohon harapan hanyalah bisa kamu tuai dengan cara menanamnya dengan iman yang ditujukan kepada sang pencipta, Allah Azza Wa Jalla ?

Ketika buah itu kini kamu tuai, patut kah kamu semarah ini ? Patut kah kamu menangis sesedih ini ? Dan patutkah kamu, yang dengan sadar telah menyakiti dirimu sendiri, meronta minta dikasihani ?

Tidak, tidak sama sekali. Tidak patut kamu marah pada mereka yang telah menyakitimu, terlebih lagi pada Allah, Sang Maha Pengasih Maha Penyayang.

Mereka hanyalah manusia, yang sebenarnya mungkin tak patut kamu harapkan, tak patut kamu percayai seutuhnya. Mereka hanya manusia, yang tak bisa mengabulkan apa yang kamu harapkan, tak pernah bisa menjaga kepercayaanmu karna ingkar.

Maka istirahatkan lah dirimu, sayangilah hatimu, bacalah surat cinta dari Sang Maha Cinta. Yang seharusnya sejak dulu kamu gantungkan harapanmu hanya padaNya, kamu serahkan kepercayaanmu juga hanya padaNya, hingga rasa marah, kecewa, dan juga sakit, tak kan pernah kamu rasa.

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar:10)

Dan hanya orang-orang yang sabar dalam menjalani cobaan, tanpa rasa keluh, dan dengan rasa syukur lah yang akan menikmati buah yang manis.

“Tetapi orang yang bersabar dan mema`afkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (Asy-Syuuraa:43)

Maka maafkan lah mereka, ikhlaskan lah perbuatannya. Karna orang yang mulia ialah orang yang mau memaafkan tanpa perlu diminta, dan ia tak kan pernah menjadi rendah sekalipun ia harus terlebih dulu meminta maaf.

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:153)

Dan jadikanlah ayat di atas sebagai pedoman di saat kamu marah. Datangi Allah dengan menyempurnakan wudhu, sujud lah dengan shalatmu, dan bermunajat lah padaNya. Sesungguhnya ini adalah sebaik-baiknya cara untuk meredam semua marah, kecewa, dan sakitmu.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Label Pena

Pena Terpopuler

Kawan Pena