Sabtu, 31 Maret 2018
Bab Kenangan
Sabtu, 24 Maret 2018
Sendiri
Sabtu, 17 Maret 2018
Persiapan Pernikahan
Menikah. Salah satu sunnah Rasulullah yang katanya dalam hadits, "Dari Ibnu Mas'ud, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Hai para pemuda, barangsiapa diantara kamu yang sudah mampu menikah, Menikahlah, karena sesungguhnya nikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena berpuasa itu baginya (menjadi) pengekang syahwat"". (HR. Jamaah).
Seperti anjuran yang telah dikatakan oleh Rasulullah, jika sudah mampu menikah, maka Menikahlah. Kalimat simple, namun prakteknya tidaklah simple. Itu menurut saya si. Ternyata ada hal-hal yang membuatnya tidak simple.
Mempersiapkan pernikahan nyatanya tak semudah yang dibayangkan, tak seinstan praktek-praktek yang di tayangkan sinetron di televisi. Saya pikir jika sudah menemukan pasangan yang tepat, maka semuanya akan berjalan mulus. Mulai dari persiapan lamaran, memilih undangan, dan pernak-pernik pernikahan lainnya.
Segala bentuk persiapan dalam pernikahan, terlibat secara langsung ataupun tidak, kedua mempelai tetap saja memikirkan akan seperti apa nanti acara pernikahan mereka berlangsung. Bingung ? Tentu saja iyaa. Yang akan sibuk dan bingung ternyata bukan hanya orangtua, tetapi kedua mempelai juga loh.
Belum sampai pada pernikahan, sang mempelai akan dihadapkan pada persiapan konsep apa yang akan diterapkan di hari nan spesial nanti. Juga menentukan siapa saja orang-orang yang akan bertugas sebagai penanggungjawab dalam acara nanti. Inginnya tetangga dan teman terdekat ikut serta menjadi panitia. Bapak ini menjadi MC saat akad. Ibu ini menjadi penjaga prasmanan, si anu jadi penerima tamu, si ono jadi kordinator lapangan, dan masih banyak si si si yang lain. Ini saja sudah membuat mempelai bingung.
Perbedaan suku dan budaya juga menjadi tantangan tersendiri. Di satu pihak ingin adat istiadat budayanya dilaksanakan, sedangkan di pihak lain harus berusaha beradaptasi dengan budaya yang masih asing tersebut. Jika komunikasi berjalan kurang baik, bisa jadi akan menimbulkan persepsi yang salah di kedua belah pihak. Dan tentu itu akan menjadi beban bagi si calon pengantin.
Ini memang bukan pengalaman saya sendiri sih. Tapi hari ini saya banyak belajar dari teman saya mengenai persiapan yang harus dilakukan sebelum pernikahan. Sebelumnya saya pikir itu semua akan sangat mudah dijalani. Yang sulit bagi saya tentang pernikahan adalah soal menentukan pasangan, heehee. Tapi ternyata pernikahan tidaklah sesimple itu yaa. Belum lagi jika kita belum mempersiapkan tabungan dari jauh-jauh hari. Usut punya usut, biaya pernikahan sekarang itu tidak murah loh.
Satu pesan yang dia berikan, "Nikah itu murah, apalagi nikahnya weekdays di KUA, itu gratis, haahaa. Yang mahal itu adalah budaya. Seserahan lah, souvenir lah, undangan lah, makanya nabung, jangan dadakan, haahaa"
Lagi-lagi yang disinggung adalah budaya. Kalau jaman Rasulullah mah cukup potong kambing lalu undang tetangga untuk makan dirumah, itu sebagai bentuk menyebarluaskan kabar bahwa telah terjadi pernikahan antara si fulan dengan si fulanah. Bedanya jaman now, karna Indonesia kaya akan budaya, resepsi pernikahan bukan hanya berfungsi sebagai penyebar kabar, tetapi juga sebagai bentuk melestarikan budaya. Keren juga yaa heehee..
Menilik kembali pesan di atas tadi, "Jangan dadakan", nah ini nih yang sulit di antisipasi. Kan jodoh tidak ada yang tau ketemu dimana atau datangnya kapan heehee. Tapi pesan "Nabung" nya boleh lah yaa diterapkan dari sekarang (kalau belum nabung).
#sabtulis #pekan11
Sabtu, 10 Maret 2018
Tak Perlu Bertanya
Aku tak bercerita bukan berarti aku tak percaya. Aku hanya lelah, harus mengingat dan mengulang apa yang aku alami dan apa yang aku rasakan. Sungguh, bagiku itu melelahkan.
Tak perlu marah. Jangan membuatnya semakin parah. Aku takkan berubah hanya karna ada yang merasa marah. Cukup diam, dan biarkanlah saja. Biar lelah itu reda dengan sendirinya.
Bagiku, tak melulu setiap perbuatan memerlukan penjelasan. Terkadang apa yang aku lakukan bahkan tidak memiliki alasan. Maka jika ada yang bertanya, biarkanlah aku memberikan jawaban, 'Aku tidak mempunyai jawaban'.
Aku hanya ingin sendiri. Menikmati hari. Menuruti semua inginnya hati. Sudah terlalu lama ia terkekang. Tanpa diberi sedikitpun kesempatan. Ekpresinya tertahan oleh tatakrama. Hingga akhirnya semua membuatnya terluka.
#sabtulis #pekan10
Sabtu, 03 Maret 2018
Don't be Naive
"Klo jadi orang jangan terlalu naif"
Satu nasehat yang sering kali orang ucapkan kepada saya. Sebuah nasehat yang bukan hanya di ucapkan oleh satu orang, tapi sudah beberapa orang. Entah maksudnya apa. Apa saya itu terlihat terlalu naif dalam memahami sesuatu, begitu ? Apa si definisi naif yang sebenarnya ? Satu hal yang saya tau tentang naif, yaa itu nama sebuah band haahaa. Becanda yaa 😁. Naif itu terlalu lugu atau terlalu lurus gitu bukan si ? Kita cek saja yuu di kamus besar bahasa Indonesia.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, naif adalah sangat bersahaja; tidak banyak tingkah; lugu (karena muda dan kurang pengalaman). Atau bisa juga diartikan celaka; bodoh; tidak masuk akal.
Waw, ternyata naif itu definisinya banyak juga yaa. Mulai dari bersahaja sampai ke tidak masuk akal. Kira-kira saya termasuk kategori yang mana yaa ? 🙈
Lagi-lagi saya harus berpikir keras kenapa seseorang dapat disebut naif. Mungkin karna orang-orang yang dikatakan naif ini terkesan selalu berpikir positif atau lebih tepatnya terlalu positif. Selalu melihat sesuatu itu dengan cara pandang yang simple dan lurus. Tidak pernah berpikir negatif atau berpikir bahwa orang-orang di dekatnya akan berbuat jahat kepadanya.
Cuma memang saya sadari si, orang yang terlalu lugu atau berpikir lurus-lurus saja akan lebih mudah untuk di bohongi atau menjadi korban keisengan orang sekitarnya. Tapi karna keluguan itu juga mereka menjadi mudah disenangi orang-orang sekitarnya.
"Don't be naive ! Makanya, hidup itu jangan terlalu naif neng. "
Terkadang jika nasehat itu terdengar kembali di telinga, saya jadi merasa seakan-akan saya bukanlah orang bijak yang mampu bersikap dewasa untuk memahami suatu keadaan. Padahal menurut saya, saya tidak lugu-lugu amat, tidak lurus-lurus amat, dan saya juga merasa tidak naif, hanya saja saya memang tidak suka berpikir terlalu rumit apalagi sampai berpikir negatif terhadap suatu hal. Buat saya hal itu hanya akan menambah beban dan menghabiskan energi.
Tetapi, sekarang saya juga mulai berpikir, bahwa memang seharusnya dalam hidup kita tidak boleh terlalu naif. Ada kalanya kenyataan itu tidak berjalan sebagaimana baiknya pemikiran kita. Terkadang hidup memberikan kita kekecewaan, memberikan kita rasa sakit, hingga keluguan atau lurusnya pemikiran kita harus mengalah pada kenyataan itu sendiri.
#sabtulis #pekan9