Sabtu, 28 April 2018

Kamu, yang Tak Bisa Ku Sebut Namanya

Teruntuk kamu yang tak bisa ku sebut namanya. Sejak awal berteman, kita selalu berada dalam lingkaran yang sama, entah kamu menyadarinya atau tidak, tapi memori saat pertama kita bertemu, aku masih sangat mengingatnya. Saat-saat dimana kita duduk bersama, saling bertegur sapa menanyakan kabar satu sama lain, bercanda dan bercengkrama. Tak seperti sekarang yang hanya terwakili dengan dunia maya. Moment itu, aku rindu padamu.

Teruntuk kamu yang tak bisa ku sebut namanya. Orang pintar yang tak pernah berlagak sok pintar. Orang yang banyak tau tapi tak pernah sok tau. Menasehati tanpa menggurui. Menjawab tanpa menyudutkan lawan bicara. Kamu, aku rindu padamu.

Teruntuk kamu yang masih tak bisa ku sebut namanya. Orang dengan 1001 wajah. Orang yang selalu menampakkan wajah baik-baik saja meskipun aku tau disaat tertentu kondisimu justru sebaliknya. Orang terpandai dalam menyembunyikan segalanya. Tak pernah bercerita tanpa ditanya. Kamu, aku masih saja rindu padamu.

Teruntuk kamu yang lagi-lagi tak bisa ku sebut namanya. Si introvert yang terkadang membuatku bingung akan sikapnya. Si introvert yang menangis saja perlu berpikir terlebih dulu 'Haruskah aku menangis?'. Dasar introvert ulung.
Aku mungkin tak begitu mengenali dunia introvert secara akut, layaknya kamu. Aku pikir dunia introvert akan membatasi pengidapnya, tapi kamu, dunia introvertmu, sama sekali tak menghalangimu untuk bergaul, beradaptasi, menggapai mimpi, hingga kini kamu dapat meraih kesuksesan. Jika menurutmu itu belum cukup untuk dikatakan sukses, biarkanlah dari kacamataku kamu terlihat demikian.

Lagi dan lagi, Teruntuk kamu yang tak bisa ku sebut namanya. Si konyol yang jarang membanyol. Sepintas orang tak akan menyadarinya jika kamu termasuk orang dengan tingkat kekonyolan yang lumayan tinggi, dengan kadar kegombalan yang juga cukup mumpuni. Kamu lebih terlihat dingin dan misterius. Padahal jika mereka mau mencoba mengenalmu lebih dalam, tak hanya kekonyolan dan rayuan gombal, mereka juga dapat menemukan kehangatan dan keteduhan dari tatapan mata dan gaya bicaramu. Sungguh, aku benar-benar rindu padamu.

Untuk kesekian kalinya, Teruntuk kamu yang tak bisa ku sebut namanya. Deskripsi apalagi yang harus aku tuangkan disini, untuk mewakili dirimu yang terlalu menginspirasi. Meski dingin, misterius, wajah flat, konyol, gombal, aku selalu senang berada dekat denganmu. Entah cerita apalagi yang harus aku narasikan disini, untuk menggambarkan betapa hebat si introvert ku ini. Haruskah aku luapkan rinduku lebih banyak lagi disini? Ku rasa tidak, biar temu yang akan menyembuhkannya.

Ini. Lagi. Untukmu lagi. Teruntuk kamu yang tak bisa ku sebut namanya. Bisakah kamu menjadikan aku sebagai pendengar setiamu, bukan hanya menjadi pembaca setia tulisan-tulisanmu? Kamu, bisakah aku menjadi salah satu yang kamu percaya untuk menjadi salah satu orang yang mampu mengusap air matamu saat kamu benar-benar ingin menangis? Bisakah sedikit kamu bagi bebanmu itu padaku? Kamu, aku tau kamu kuat, kamu selalu berpikir bisa mengatasi semuanya sendiri, kamu selalu berpendapat bahwa masalah akan selesai meskipun tak kamu bagi dengan siapapun, tapi kamu pun paham bahwa manusia tak dapat terus hidup sendiri, begitupun dirimu.

Terakhir, Teruntuk kamu yang tak bisa ku sebut namanya. Teruslah menjadi si introvert yang ku kenal. Entah apa menurut orang lain, tapi bagiku kamu adalah inspirasi. Daaaannnnn, aku selalu rindu padamu 😊.


#sabtulis #pekan17


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Label Pena

Pena Terpopuler

Kawan Pena