Minggu, 22 April 2018

Maaf, Aku Berhenti Berdo'a

Kembali ke masa lalu. Aku harap ini terakhir kalinya aku kembali pada masa itu. Masa dimana aku merasa sangat bahagia, pun juga masa dimana aku merasa sangat terluka.

Aku menulis ini hanya sekedar untuk membuat hatiku sendiri lega. Aku menulis untuk menyadarkan diriku sendiri bahwa semua sudah berakhir. Benar-benar berakhir. Sudah seharusnya aku pergi dari masa-masa itu, dari luka-luka itu. Belajar memaafkan diriku sendiri yang memutuskan untuk menerobos batasanku sendiri. Menerobos tembok besar nan kokoh hanya untuk memenuhi egoisme diri.

Aku ingin tulisan ini membuatku berhenti. Berhenti dari luka-luka itu. Penyesalan dan kekecewaan. Aku ingin agar tulisan ini menyudahi semuanya. Termasuk semua kisah tentangnya yang sudah jauh pergi entah dimana. Tentangnya yang dulu namanya selalu aku rapal dalam do'a.

Maaf, aku berhenti berdo'a.
Maaf, aku tak lagi sanggup berdo'a.

Tak sanggup lagi menyebutnya dalam setiap do'a yang aku panjatkan. Aku putuskan tak lagi ada dia dalam segalanya. Dalam segala hal. Pun tak lagi menempatkan kebahagiannya sebagai prioritas dalam do'a-do'a ku.

Suatu hal yang aku pun sebenarnya tak sanggup untuk memulainya. Tak sanggup untuk melakukannya. Namun aku harus memaksakan itu. Setiap kali menengadahkan tangan, aku hanya bisa terdiam, menangis, lidahku kelu, tak ada satupun kata yang dapat aku ucap sebagai do'a, tak ada satu pun kata yang bisa aku sebut sebagai do'a. Pun demikian dengan otakku, sejenak rasanya ia berhenti berpikir, ia kosong, tak ada satupun hal yang terlintas selain ingin menyebutnya lagi dalam do'a. Sebegitu dalam namanya terpatri dalam alam bawah sadarku. Hingga tanganku yang tengah menengadah pun tak di izinkannya untuk terisi hal lain.

Aku berhenti disini.
Aku putuskan hanya sampai segini.

Alam bawah sadarku tak mudah di ajak kompromi. Aku jejali ia dengan begitu banyak sugesti, tapi ia seperti mempunyai ego sendiri. Tapi tak kan aku biarkan ia terpaku begitu lama, tak akan lagi aku biarkan tanganku yang menengadah kosong tanpa do'a yang terucap, dan tak akan lagi aku membiarkan tanganku hanya  menampung tetesan demi tetesan air yang mengalir dari mata membasahi pipi.

Tuhan selalu punya cara untuk menyadarkan hamba-Nya. Selalu punya cara untuk menolong hamba-Nya.

Aku tak berhitung. Entah sejak kapan aku kembali bisa berdo'a. Sudah berapa malam do'a mulai kembali mengisi tanganku. Membasahi bibirku. Do'a yang terucap kali ini mengenai mereka yang aku sayangi dan tentu menyayangiku. Mengenai mereka yang selama ini terabaikan karna adanya sosok asing yang mendiami lubuk hati juga alam bawah sadarku.

Tentang mereka yang terabaikan, yang ternyata adalah sosok paling berharga, sosok paling tulus dalam hal menyayangi dan mencintai.

Maaf, aku kini berhenti berdo'a.
Benar-benar berhenti berdo'a.
Tentu do'a untuknya yang aku maksud.

Layaknya do'a yang baru, aku harap ini adalah awal hidupku yang baru. Mulai kembali pada batasanku yang dulu, meskipun aku tau temboknya tak lagi sekokoh dulu.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Label Pena

Pena Terpopuler

Kawan Pena