Sabtu, 17 Maret 2018

Persiapan Pernikahan

Menikah. Salah satu sunnah Rasulullah yang katanya dalam hadits, "Dari Ibnu Mas'ud, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Hai para pemuda, barangsiapa diantara kamu yang sudah mampu menikah, Menikahlah, karena sesungguhnya nikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena berpuasa itu baginya (menjadi) pengekang syahwat"". (HR. Jamaah).

Seperti anjuran yang telah dikatakan oleh Rasulullah, jika sudah mampu menikah, maka Menikahlah. Kalimat simple, namun prakteknya tidaklah simple. Itu menurut saya si. Ternyata ada hal-hal yang membuatnya tidak simple.

Mempersiapkan pernikahan nyatanya tak semudah yang dibayangkan, tak seinstan praktek-praktek yang di tayangkan sinetron di televisi. Saya pikir jika sudah menemukan pasangan yang tepat, maka semuanya akan berjalan mulus. Mulai dari persiapan lamaran, memilih undangan, dan pernak-pernik pernikahan lainnya.

Segala bentuk persiapan dalam pernikahan, terlibat secara langsung ataupun tidak, kedua mempelai tetap saja memikirkan akan seperti apa nanti acara pernikahan mereka berlangsung. Bingung ? Tentu saja iyaa. Yang akan sibuk dan bingung ternyata bukan hanya orangtua, tetapi kedua mempelai juga loh.

Belum sampai pada pernikahan, sang mempelai akan dihadapkan pada persiapan konsep apa yang akan diterapkan di hari nan spesial nanti. Juga menentukan siapa saja orang-orang yang akan bertugas sebagai penanggungjawab dalam acara nanti. Inginnya tetangga dan teman terdekat ikut serta menjadi panitia. Bapak ini menjadi MC saat akad. Ibu ini menjadi penjaga prasmanan, si anu jadi penerima tamu, si ono jadi kordinator lapangan, dan masih banyak si si si yang lain. Ini saja sudah membuat mempelai bingung.

Perbedaan suku dan budaya juga menjadi tantangan tersendiri. Di satu pihak ingin adat istiadat budayanya dilaksanakan, sedangkan di pihak lain harus berusaha beradaptasi dengan budaya yang masih asing tersebut. Jika komunikasi berjalan kurang baik, bisa jadi akan menimbulkan persepsi yang salah di kedua belah pihak. Dan tentu itu akan menjadi beban bagi si calon pengantin.

Ini memang bukan pengalaman saya sendiri sih. Tapi hari ini saya banyak belajar dari teman saya mengenai persiapan yang harus dilakukan sebelum pernikahan. Sebelumnya saya pikir itu semua akan sangat mudah dijalani. Yang sulit bagi saya tentang pernikahan adalah soal menentukan pasangan, heehee. Tapi ternyata pernikahan tidaklah sesimple itu yaa. Belum lagi jika kita belum mempersiapkan tabungan dari jauh-jauh hari. Usut punya usut, biaya pernikahan sekarang itu tidak murah loh.

Satu pesan yang dia berikan, "Nikah itu murah, apalagi nikahnya weekdays di KUA, itu gratis, haahaa. Yang mahal itu adalah budaya. Seserahan lah, souvenir lah, undangan lah, makanya nabung, jangan dadakan, haahaa"

Lagi-lagi yang disinggung adalah budaya. Kalau jaman Rasulullah mah cukup potong kambing lalu undang tetangga untuk makan dirumah, itu sebagai bentuk menyebarluaskan kabar bahwa telah terjadi pernikahan antara si fulan dengan si fulanah. Bedanya jaman now, karna Indonesia kaya akan budaya, resepsi pernikahan bukan hanya berfungsi sebagai penyebar kabar, tetapi juga sebagai bentuk melestarikan budaya. Keren juga yaa heehee..

Menilik kembali pesan di atas tadi, "Jangan dadakan", nah ini nih yang sulit di antisipasi. Kan jodoh tidak ada yang tau ketemu dimana atau datangnya kapan heehee. Tapi pesan "Nabung" nya boleh lah yaa diterapkan dari sekarang (kalau belum nabung).

#sabtulis #pekan11

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Label Pena

Pena Terpopuler

Kawan Pena