Sabtu, 27 Januari 2018

Kamu Itu Tong Sampah

"Tadi kamu bilang apa ? Coba repeat lagi omongan kamu pay. Kamu bilang aku apa ?", mukanya terlihat marah dan mulai memerah. Aku melihat mukanya seakan-akan seperti pemangsa yang sudah bersiap untuk menerkam mangsanya.

"Tong sampah ! Kamu itu kaya tong sampah !", Aku menuruti permintaannya untuk mengulang pernyataanku tadi tanpa rasa bersalah, dan dengan tetap memasang muka cuekku seperti biasanya.

Siapa yang tidak terkejut ketika mendengar sebuah pengandaian bahwa dirinya disamakan dengan Tong Sampah. Suatu benda yang biasa terlihat kotor dan menjijikan. Tempat menaruh sesuatu yang tidak penting dan tidak berguna lagi. Suatu tempat, yang mana pasti akan membuat seseorang marah ketika disamakan dengannya.

Yaa, aku menyebutnya tong sampah. Jelas sekali dia marah. Tapi aku tetap cool dengan gayaku sendiri. Tidak berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya aku maksud dengan tong sampah. Percakapan entah berapa tahun yang lalu. Saat aku dan dia masih berseragam putih abu-abu. Saat kelas terlihat sangat lengang karna sebagian murid sedang menjalani PKL, Praktik Kerja Lapangan, sedangkan aku dan dia masih asik pergi ke sekolah untuk belajar sambil menunggu giliran untuk PKL. Siang itu adalah jam kosong, tidak Ada guru yang masuk ke kelas kami, jadi kami bisa puas mengobrol.

Bukan tanpa sebab aku menyebutnya dengan tong sampah. Bukan bermaksud merendahkan dengan mengatakan bahwa dia adalah tong sampah. Memang terdengar negatif pengandaian yang aku gunakan untuknya. Tapi aku tidak menemukan kata lain atau apapun, selain kata tong sampah untuk mewakili rasa terimakasihku atas sikap baiknya selama ini.

Aku adalah seorang introvert. Aku tidak sebebas orang-orang ekstrovert dalam berekspresi. Lingkup pertemananku juga terbilang kecil, dengan jumlah teman yang mungkin bisa dihitung jari. Dia adalah salah satunya. Entah beruntung atau buntung dia mendapatkan teman sepertiku. Tapi bagiku mempunyai teman sepertinya adalah keberuntungan.

Kami kenal pada saat kelas 2 SMK. Nitong, begitu sapaanku untuknya, dan Pay adalah panggilan yang dia berikan untukku. Meskipun saat itu kami baru kenal selama setahun, tapi bagiku dia seperti sudah mengenalku sejak lama. Dia bahkan tau apa yang tidak pernah dapat aku katakan atau aku ekpresikan pada oranglain. Ini lah yang akhirnya membuatku nyaman untuk mengungkapkan semuanya, ketika aku sudah merasa tidak kuat lagi untuk menyimpan dan mengatasi masalah yang aku hadapi sendirian.

Menyebutnya tong sampah buatku bukanlah sebuah bentuk penghinaan. Melainkan adalah bentuk penghormatanku padanya. Kalian tau apa gunanya tong sampah kan ? Tong sampah menerima apapun yang kamu masukkan ke dalam tubuhnya. Baik itu tisu kotor, pakaian yang sudah tidak terpakai, atau apapun yang ingin kalian buang dan tidak berguna lagi bagi kalian. Nitong bagiku adalah tempat satu-satunya untuk mencurahkan semua keresahanku. Tempat dimana dia bisa menerima apapun kata-kata yang aku keluarkan. Kata-kata baik maupun buruk.

"Iyaa, Tong Sampah. Kamu tong sampahnya aku, yang bisa aku isi dengan apapun yang mau aku isi, termasuk dengan kenangan burukku tentang semua kehidupanku yang hanya bisa masuk pada tong sampah yang bernama kamu Tong"

"Tapi kenapa harus tong sampah sih pengandaiannya, mentang-mentang kamu selalu memanggilku dengan panggilan Nitong yang juga kamu singkat menjadi Tong", Mukanya terlihat semakin kesal.

"Tong, aku ngga ngerti kenapa cuma kamu yang aku rasa paling mengerti aku. Kita baru satu tahun kenal, tapi kamu sudah bisa melihat sisi lain aku yang bahkan ngga pernah aku sadari"

"Pay, mengenal seseorang itu bukan di dasarkan pada berapa lama kita berteman dengannya, tapi seberapa banyak dan dalamnya kita memahaminya. Pertemanan itu bukan hanya perkara menuntut seseorang menjadi baik, tapi juga memberi. Take and give kalau bahasa keren nya, haahaa. Kamu mengajarkan aku banyak hal Pay, bahwa ternyata dengan melihat oranglain bahagia, kita juga bisa merasa bahagia, seperti yang biasa kamu lakukan kepadaku dan temen-teman kita yang lain. Apa hidupmu itu selalu bahagia yaa Pay ? Rasanya mudah sekali bagimu membuat seseorang yang awalnya sangat bersedih, akhirnya bisa tertawa lagi, bahkan menertawakan masalah yang membuatnya sedih, haahaa. Pay, kenapa kamu selalu menutupi semua masalahmu dan semua kesedihanmu dengan gurauan-gurauanmu itu sih ? Apa karna kamu terlalu takut untuk mempercayakan seseorang untuk menjadi Tong Sampah mu itu ?"

Aku teringat lanjutan percakapan kami siang itu. Nitong terdengar terlalu banyak bicara. Seakan-akan dia ingin mengungkapkan semua yang dia ketahui tentang aku. Menunjukkan semua bukti-bukti bahwa dia benar-benar sudah mengenalku luar dalam. Aku hanya menanggapinya dengan tertawaan lepas khas diriku.

Nitong melanjutkan perkataannya, "Pay, aku tau kamu paling tidak suka melihat seseorang bersedih apalagi larut dengan masalah yang sedang kamu hadapi, tapi hal itu bukan alasan untuk kamu memendam semua masalah yang kamu rasakan. Katanya aku Tong Sampah nya kamu yang bisa kamu isi dengan apapun yang kamu mau, tapi kenapa Tong Sampah ini cuma kamu isi dengan kertas-kertas bergambarkan pelangi ? Padahal Tong Sampah ini siap loh kamu isi dengan sampah yang lain, kertas buram mungkin, atau tisu kotor, atau apalah itu yang mengotori hatimu, haahaa. Pay, kenapa yaa aku selalu melihat kamu itu sebagai sosok yang perhatian"

"What ? Apa kamu bilang barusan ? haahaa (tertawa lepas). Aku yang secuek ini kamu bilang perhatian ? Hellooooo, apa kamu ngga sadar betapa galaknya aku ke kamu dan si Chubby ? Ada-ada aja kamu. Katanya udah kenal aku luar dalem, gimana sih"

"Haahaa, kamu ngga percaya yaa ? Justru karna aku udah tau kamu luar dalem makanya aku bilang kamu begitu. Kamu ngga bisa nilai seperhatian apa diri kamu ke temen-temen kamu yaa? Pay, aku ngga mengelak kalau kamu bilang diri kamu itu cuek dan galak, yaa memang itu adalah bagian dari diri kamu, tapi ada hal lain yang selama ini ngga pernah kamu sadari. Kamu, dengan semua ceplas-ceplosnya kamu yang kadang terlalu jujur dan tanpa disaring itu adalah bentuk perhatian dan rasa sayang kamu ke temen-temen kamu. Galak dan kebiasaan marah-marahnya kamu itu adalah gaya khas kamu untuk mengutarakan perhatian kamu ke kami temen-temen kamu. Kamu punya gaya tersendiri untuk mengungkapkan perhatian kamu. Kamu adalah tipikal orang yang gengsi mengungkapkan semua perhatian kamu dengan kalimat-kalimat yang lembut layaknya orang bijak, atau layaknya seorang pacar. Kamu akan dengan seenaknya bicara tanpa batas dengan speed 100km/jam untuk mengungkapkan semuanya. Semua itu adalah cara kamu memberi tau kami bahwa kamu sedang menyalurkan perhatian kamu kan ? Iyaa kan ?"

Jujur, saat itu aku tersentak mendengar semua penjabarannya tentang aku. Dalam hati aku berkata "Semua yang dikatakan Nitong, bagaimana bisa dia mengetahui tentang aku begitu dalam ?" 

"Sok tau kamu Tong, haahaa", aku berusaha menutupi muka heranku.

"Ngga usah mengelak Pay, aku tau kamu luar dalam loh, haahaa. Pay, aku bersyukur punya teman dekat seperti kamu. Ngga tau kenapa, seperti yang kamu bilang tadi, kita baru setahun berteman, tapi rasanya seperti sudah bertahun-tahun mengenal kamu."

Nitong, si tong sampah. Tong sampah yang menyadarkan aku bahwa perhatian ada banyak bentuknya. Tong sampah yang memberi tahu sisi lain dari diriku sendiri, yang bahkan tak pernah aku sadari ada pada diriku.

Tong sampah. Nyatanya tong sampah pun punya sisi lain yang tak banyak orang bisa memaknainya dengan baik. Mungkin hanya orang yang memiliki sudut pandang yang nyentrik yang mampu melihat makna lain dari tong sampah. Belajar dari tong sampah, dia rela menerima semua yang oranglain masukkan ke dalamnya. Tanpa menolak, tanpa memilih. Bukan hanya sekedar menjalankan fungsinya sebagai tempat penampung semua "sampah", tapi tong sampah mengajarkan kita bahwa sesuatu yang buruk tidaklah selalu buruk, tempat yang kotor tidak selalu terlihat kotor, tapi sesuatu yang buruk ataupun kotor pun ada kebaikan di dalamnya. Kita hanya perlu sedikit berpikir dan berperasa agar dapat menemukan maknanya.


#sabtulis #pekan4
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Label Pena

Pena Terpopuler

Kawan Pena