Sabtu, 13 Januari 2018

Menjadi Pendengar

Terbiasa mendengarkan orang lain curhat membuat saya terpikirkan untuk membuat sedikit tulisan mengenai 'Mendengar dan di Dengar'. Menjadi seorang pendengar kelihatannya memang mudah, namun untuk menjadi pendengar yang baik itu sebenarnya tidak lah semudah kelihatannya.

Memposisikan diri sebagai pendengar membutuhkan rasa empati yang cukup tinggi dan kemampuan untuk mengontrol emosi. Sedikit saja salah bersikap atau salah menanggapi bisa-bisa membuat si pembicara (selanjutnya disebut pencurhat) menjadi sebal atau bahkan tidak akan lagi mau menjadikan kita sebagai orang kepercayaannya untuk mendengar segala ceritanya.

Berbekal pengalaman yang lumayan banyak menjadi pendengar (sesekali boleh lah Yaa sombong sedikit heehee) dan mempunyai teman seorang psikolog, akan saya jabarkan sedikit di sini tips menjadi seorang pendengar yang baik. Mungkin ini bisa menjadi bantuan bagi anda yang sering sekali di jadikan tempat curhat oleh teman-teman kalian.

1. Dengarkan seluruh ceritanya sampai selesai
Untuk menjadi pendengar yang baik hal yang perlu di lakukan adalah berikan waktu kepada si pencurhat untuk menceritakan semua ceritanya sampai selesai tanpa sedikitpun kita potong pembicaraannya. Hal ini menjadi penting agar kita mendapat seluruh ceritanya secara utuh, dan kita dapat menyimpulkan apa isi pembicaraan tersebut.

2. Tidak memberikan nasehat
Loh koq kita ngga boleh ngasih nasehat si ? Kan biasanya setiap orang yang curhat pasti ujung-ujungnya minta nasehat.
Pasti dalam benak kalian akan terlintas pertanyaan itu saat membaca tips yang kedua ini, iyaa kan ? Heehee.. Yang dimaksud dari tips kedua ini adalah kita sebaiknya hanya memberikan nasehat ketika diminta saja. Ketika si pencurhat tidak meminta nasehat dari kita, maka kita tidak perlu bersusah payah memikirkan hal tersebut. Karena sebagian pencurhat hanya membutuhkan orang yang bisa mendengarkan semua ceritanya saja tanpa memerlukan nasehat dari oranglain. Jika kita memberikan nasehat tanpa diminta, ini akan menimbulkan rasa seperti diceramahi oleh kita. Dan ia akan segan melanjutkan ceritanya.

3. Kembalikan semua keputusan pada si pencurhat
Setiap orang punya gaya yang berbeda dalam menyelesaikan masalah yang di hadapinya. Menjadi pendengar bukan bearti kita menjadi hakim dalam hidupnya. Kita tidak bisa memutuskan bahwa pendapat atau saran kita lah yang harus ia jalankan. Jika kita diberikan kesempatan untuk berpendapat oleh si pencurhat, silahkan kemukakan pendapat kita secara umum, atau bisa dibilang berikan saja jawaban 'Ideal'nya saja. Setelah itu tanyakan padanya beberapa hal, misalkan saja 'Kamu maunya bagaimana ?' atau 'Menurut kamu apa keputusan terbaik nya ?' atau 'Apa yang mungkin bisa kamu lakukan ?'
Sejatinya setiap pencurhat hanya butuh 'Peyakinan' dari jawaban yang sebenarnya sudah mereka miliki. Mereka hanya masih ragu dengan jawaban mereka. Dan tugas pendengar adalah memberikan keyakinan itu. Tapi tetap perhatikan baik buruknya yaa. Sejatinya yang paling mengetahui cocok atau tidaknya sebuah solusi hanyalah si pencurhat itu sendiri, dan belum tentu kan kondisi si pencurhat sama dengan kita.

4. Perhatikan pilihan kata
Dalam berkomunikasi pilihan kata itu sangat penting. Karena setiap orang memiliki sifat yang berbeda-beda, ada yang cuek atau sensitif. Cara yang terbaik dalam menanggapi pencurhat adalah kenali dulu karakter si pencurhat tersebut. Cara menanggapi tipe cuek akan sangat berbeda dengan cara menanggapi tipe sensitif. Bila si pencurhat bertipe cuek, kita akan lebih leluasa dalam pemilihan kata, atau bisa dibilang sekalipun kita menggunakan kata-kata yang agak 'Dalem' mereka akan bisa menerimanya dan mereka justru akan lebih senang dengan cara yang ceplas ceplos dalam menanggapinya. Berbeda dengan tipe sensitif, pilihan kata itu harus lebih variatif, ia tidak akan bisa menerima tanggapan yang ceplas ceplos atau terlalu jujur, karna bisa jadi ia akan tersinggung. Tantangannya akan lebih berat jika menjadi pendengar bagi tipe ini. Kalau Saya lebih sering mengikuti gaya bicara si pencurhat agar maksud yang saya sampaikan bisa diterima dengan baik.

5. Tidak membandingkan dengan cerita kita
Perlu di ingat, posisi kita saat ini adalah seorang pendengar. Dengan membandingkan cerita kita dengan ceritanya akan menyinggung perasaannya. Si pencurhat akan merasa tidak dihargai oleh kita. Tips nomor 5 ini berhubungan juga dengan tips nomor 4. Jika memang kita pernah mengalami hal yang sama, alangkah lebih baiknya kita perhatikan pilihan kata yang tepat agar apa yang kita sampaikan tidak terkesan seperti membanding-bandingkan ceritanya dengan cerita kita. Apalagi jika kita menceritakan dengan gaya yang terdengar hiperbola, ini akan memberi kesan bahwa kita egois dan ingin sekali di dengar. Menurut Saya ini amat sangat terlarang dilakukan oleh seorang pendengar. Ada saatnya pendengar itu menjadi pencurhat, namun waktunya bukan pada saat menjadi pendengar.

Dilema seorang pendengar yang baik adalah mencari pendengar yang bisa mendengarkan semua ceritanya dengan baik seperti yang sudah ia lakukan untuk oranglain. Karena ia sudah terbiasa menjadi pendengar sehingga ia tau bagaimana idealnya seseorang yang dapat mendengar cerita-ceritanya. Dan hal ini tidaklah mudah untuk dia temukan.

Kebanyakan orang yang biasa menjadi pendengar akan tertutup atau enggan untuk menceritakan semua ceritanya kepada oranglain. Mereka lebih sering bercerita lewat tulisan atau bahkan hanya memendamnya sendiri. Mungkin mereka hanya akan bercerita jika ditanya, tapi itupun pasti tidak akan semuanya mereka ceritakan. Ada Hal yang menurut mereka hanya dapat menjadi konsumsi pribadi mereka sendiri. Biasanya mereka hanya akan menjawab secara utuh ketika ditanya mengenai hal-hal yang menyenangkan atau membahagiakan untuk di dengar oleh oranglain.

Well, sudah siap menjadi pendengar yang baik ? Atau kalian hanya ingin sebatas menjadi seseorang yang selalu mau di dengar ?
Heehee, semua pilihan kembali pada diri kita masing-masing yaa

#sabtulis #pekan2
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Label Pena

Pena Terpopuler

Kawan Pena