Sabtu, 15 September 2018

I just...

Pasti kalian sering mendengar tentang "Manusia tidak bisa hidup sendiri" atau, "Manusia itu hidup berkelompok".

Bagaimana pandangan kalian soal ini?

Saya rasa pendapat ini memang benar adanya. Setiap orang tumbuh besar dalam lingkup kelompok tertentu. Skala kecilnya adalah keluarga. Biasanya semua anggota akan saling bergantungan satu sama lain. Mungkin lebih tepatnya saling melengkapi. Dan kabar baiknya adalah, lingkup terkecil ini merupakan kumpulan orang-orang yang paling memahami dan menghargai para anggota di dalamnya.

Jika kita perluas, kelompok lainnya adalah lingkup pertemanan atau lingkup masyarakat. Lingkup pertemanan terkadang bisa jadi pengganti keluarga. Katanya, lingkup ini bisa menyamai keluarga dalam hal memahami dan menghargai. Meski, mungkin tidak sesempurna keluarga. Atau mungkin, keberadaannya justru lebih sempurna dari keluarga. Pandangan ini tentu akan berbeda-beda di setiap orangnya. Banyak faktor yang membedakannya, terutama dari faktor kedekatan emosional orang tersebut.

Tapi, bagaimana dengan orang yang suka menyendiri? Atau orang yang menyebut dirinya seorang introvert?

Meski orang-orang tersebut terkesan "Asik sendiri", mereka tetap berkelompok. Kelompok yang saya maksud disini bukan hanya keluarga, tetapi juga pertemanan. Meski biasanya mereka hanya menempatkan sedikit saja orang dalam kelompoknya. Yap, hanya se-di-kit. Sedikit artinya spesial. Mereka bisa saja berteman dengan banyak orang layaknya orang lain, hanya saja mereka memberikan space khusus bagi sedikit orang untuk menjadi bagian dari dirinya yang sebenarnya. Jadi bagian terdekat hingga dapat leluasa mengungkapkan segala yang bisa atau tidak bisa dia ungkapkan pada orang lain, dan membagi segala yang tidak pernah bisa dia bagi pada orang lainnya.

Yang saya tau, introvert banyak tingkatannya. Mungkin saya bukan termasuk dalam deretan introvert tingkat atas, yang katanya tingkat terparah. Saya mungkin bagian terendah. Jika ditanya, saya bisa saja bercerita. Terkesan seperti seorang ekstrovert juga di waktu yang lain.

Saya hanya membiasakan diri untuk diam. Tidak berusaha nimbrung dalam obrolan orang sekitar. Saya pikir ada beberapa hal yang menyebabkan saya seperti itu. Saya sering ingin di dengar tapi hanya bisa menjadi pendengar. Rasanya apa yang saya bicarakan selalu tidak penting dimata oranglain. Suara yang terabaikan saya menyebutnya. Di lain hal, diam pun menjadi masalah. Katanya terlalu serius dan kaku. Hal ini sebenarnya menggelitik, karna teman dekat saya pasti tau kalau saya adalah tipikal cerewet ulung dan humoris. Ternyata diam saja pun sama tak menguntungkannya.

Alasan lainnya adalah rasa kepercayaan yang mulai luntur, atau mungkin sudah menghilang pada sebagian teman. Yaa, saya sempat beberapa kali mengalami kejadian tidak menyenangkan karna seseorang yang saya sebut teman dekat, sahabat. Traumatik berkepanjangan hingga saat ini.

Saya bukan seorang pendendam. Mungkin karna saya dikaruniai sifat kewanitaan yang berlebih, yang katanya gampang memafkan tapi sulit melupakan. Dan itulah yang saya alami. Saya masih berteman baik, hanya saja saya membatasi diri. Lingkup pertemanan spesial pun mulai menghilang. Saya tidak tau siapa saja yang tersisa di dalamnya, atau bahkan sudah tidak ada? Saya tidak membuat presensinya saat ini. Mungkin nanti, jika trauma itu sudah menghilang.

Kelompok yang dulu amat dekat, menjadi amat jauh, bahkan untuk sekedar berbagipun saya enggan. Kelompok yang baru pun demikian. Kelompok lainnya mungkin sebagian. Pada akhirnya, saya tersadar, memang keluargalah kelompok terbaik.

Saya hanya membutuhkan sebuah hubungan yang tulus, yang bisa dirasakan, bukan hanya dilihat.

#sabtulis #pekan37


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Label Pena

Pena Terpopuler

Kawan Pena