Sabtu, 01 September 2018

Hidden Rain

Kemarin sabtulis meluncurkan tema untuk menulis pekan ini. Temanya Hujan. Kamu tau, tadi siang saat mataku hendak terpejam kembali, aku terperanjat karena mendengar suara hujan. Tidak deras, tapi juga tidak ringan. Suaranya terdengar sedang-sedang saja. Tetiba pintu terbuka, ternyata mamah hendak masuk, dan aku bertanya:

"Hujan yaa mah?"
"Ngga, hujan darimana, tuh ini terang-terang aja"
"Masa? tadi aku denger hujan koq"
"Ngga ada ahh, hujan darimana coba. Aneh kamu"

Ohh yaa? Tidak hujan? Tapi kenapa suara hujan itu terasa begitu nyata di siang bolong tadi. Sungguh ke-halu-an yang hakiki.

Halu tentang hujan, mengingatkan aku pada sosokmu. Menurutku kamu sama seperti hujan. Awalnya terasa begitu menyejukkan, tapi pada akhirnya juga terasa menyakitkan karna hawa sejuk yang lebih cenderung mendekati hawa dingin. Sangat menusuk.

Hujan biasanya memberi tanda jika hendak datang, dengan menyebarkan bau tanah basah atau meredupkan cahaya yang dimiiliki langit. Kamu tau, disini kamu pun sama dengannya. Salam perkenalan dan lugu bahasamu berbasa-basi menandakan kedatanganmu di kehidupanku saat itu.

Pun saat hujan reda. Kamu pun sama dengannya, berhenti menyapa begitu saja, tanpa memberi tanda keberpamitan. Tiba-tiba sapaan itu hilang, kemudian diikuti dengan wujudmu yang sirna. Kamu dan hujan, kenapa begitu banyak kesamaan?

Tapi diantara waktu kedatangan dan kepamitan kalian, aku menikmati setiap detik kebersamaanku dengan kalian. Hujan yang selalu ada saat aku ingin menyembunyikan air yang jatuh dari mataku, terlebih jika itu karna dirimu. Hujan jugalah yang menyelamatkanku, saat egoku mengalahkan keimananku.

Setiap detik denganmu pun sama beartinya bagiku. Dan aku tak menafikan hal itu. Hanya saja, hujan lebih aku sukai daripada dirimu. Kamu tau kenapa? Karna hujan selalu membuatku jauh lebih baik dari sebelumnya.

*Kamu, seseorang yang masih saja aku ingat saat hujan turun

#sabtulis #pekan35

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Label Pena

Pena Terpopuler

Kawan Pena