Sabtu, 08 September 2018

Hijrah??

Menyambut datangnya tahun baru Hijriyah 1440H atau 1 Muharram yang tinggal beberapa hari lagi, kali ini saya ingin membahas sedikit mengenai Hijrah.

Apa itu hijrah? Secara bebas kita biasa mengartikannya sebagai suatu kegiatan perubahan. Akhir-akhir ini kata hijrah lebih dekat digunakan untuk mewakili suatu perubahan yang dilakukan dari sisi agamis seseorang. Contohnya perubahan seseorang dari tidak berjilbab menjadi berjilbab, laki-laki yang mulai beralih menggunakan celana cungkring, memanjangkan jenggot, dan perubahan-perubahan spiritual lainnya.

Tapi, tahukah kalian bahwa definisi sesungguhnya mengenai hijrah dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah:

1. Perpindahan Nabi Muhammad saw. bersama sebagian pengikutnya dari Mekah ke Medinah untuk menyelamatkan diri dan sebagainya dari tekanan kaum kafir Quraisy, Mekah; 
2. v berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu (keselamatan, kebaikan, dan sebagainya);

Atau kalau boleh disimpulkan hijrah adalah "Pindah".

Menelaah lebih jauh ke belakang, sejarah mengenai kata hijrah itu sendiri lebih relefan dengan arti kata yang dikemukakan oleh KKBI daripada definisi bebas yang biasa kita gunakan. Hijrah adalah suatu peristiwa berpindahnya kaum muslimin dari wilayah Mekkah ke Madinah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya yang beriman.

Peritiwa tersebut adalah cikal bakal penetapan Kalender Hijriyah, yang mana kalender tersebut mulai digunakan pada masa kekalifahan Umar bin Khatab.

Berbicara mengenai penyambutan tahun baru, antara tahun baru masehi dan tahun baru hijriyah sepertinya mendapat perlakuan yang berbeda. Orang-orang cenderung akan heboh dan merayakan secara besar-besaran ketika tahun baru masehi akan datang. Menyambut dengan penuh suka cita bahkan mempersiapkannya jauh-jauh hari. Sedangkan bila tiba saatnya memasuki tahun baru hijriyah, orang-orang cenderung menyambutnya dengan "Lupa". Yap, lupa. Padahal di dalam kalender masehi, keduanya sama-sama berwarna merah.

Tahun baru masehi biasanya juga disambut dengan membuat resolusi. Me-list impian, harapan, dan perubahan yang ingin dicapai di tahun yang baru. Tapi ada yang terlupa disana, yaitu muhasabah. Sedangkan tahun baru hijriyah, tidak banyak orang yang melakukan resolusi atau muhasabah. Padahal lewat sejarahnya saja kita di ajak untuk bermuhasabah. Di ajak untuk memaknai kata melakukan perpindahan. Pindah dari kemungkaran menuju kebajikan. Pindah dari masa yang kelam ke masa yang terang benderang.

Suatu penyikapan yang terbalik menurut saya. Terlebih kita adalah bangsa yang mayoritas memeluk agama islam. Seharusnya perlakuan istimewa lebih tepat kita berikan pada tahun baru hijriyah.

Masih ada waktu beberapa hari lagi untuk menyambutnya. Sebenarnya tidak ada yang namanya perayaan, mungkin lebih tepatnya kita memperbanyak muhasabah. Bukan bearti muhasabah dilakukan hanya setahun sekali pada saat tahun baru saja, tapi ini adalah cara terbaik untuk menyambut tahun baru itu sendiri. Dan satu lagi, tahun baru hijriyah biasa disebut juga lebaran anak yatim. Jika ingin merayakan tahun baru hijriyah, mungkin perayaan yang tepat adalah dengan berbagi rezeki bersama mereka.

Mari kita maknai tahun baru hijriyah kali ini dengan ber-hijrah. Hijrah secara besar-besaran.

#sabtulis #pekan36

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Label Pena

Pena Terpopuler

Kawan Pena