Sabtu, 09 Juni 2018

Si Tertutup

Aku si tertutup. Terbiasa mengalah pada apapun dan siapapun. Berusaha menyenangkan oranglain dengan tidak menolak ataupun memberikan pendapat buruk.

Aku si tertutup. Ekspresi yang aku rasakan sebenernya tidaklah pernah tercermin pada wajah. Itu hanya bisa dirasakan oleh mereka yang benar-benar memahami dan mengenalku dengan sangat baik. Meskipun itu mungkin tidak banyak aku dapatkan dari mereka yang aku anggap teman baik.

Aku si tertutup. Memiliki kebiasaan memendam sedihku sendiri. Dalam pikirku, aku hanya boleh bersedih ketika aku sendiri. Dan kesedihan atau masalah yang aku hadapi bukanlah konsumsi publik, bukan pula konsumsi teman-teman dekat, karna mungkin mereka memiliki kisah sedih yang lebih dalam, atau kisah sedihku hanya akan menambah beban mereka. Heuh (senyum sinis), pikiranku memang sempit.

Aku si tertutup. Begitu dulu julukan yang aku sematkan pada diriku sendiri. Sejak dulu. Tapi mungkin berbeda dengan sekarang.

Aku si tertutup. Yang mencoba menjadi si terbuka. Entah ini berhasil atau tidak, tapi aku mencoba mendobrag kebiasaan yang sudah lama menempel dalam diriku.

Aku si tertutup. Yang mencoba menjadi si terbuka. Mencoba untuk jujur pada pikiran, perasaan, juga keinginanku sendiri untuk lebih menghargai diriku sendiri, pun sebenarnya juga untuk lebih menghargai oranglain. Meski mungkin tidak begitu penerimaan oranglain.

Hal ini bukanlah perkara yang mudah. Jangankan untuk memulainya, memikirkan perubahan ini saja membutuhkan waktu yang lama bagiku. Belum lagi konsekuensi yang akan ditimbulkan. Seorang teman pernah bilang padaku, bahwa salah satu resiko dari perubahan ini adalah merenggangnya pertemanan. Suatu hal yang amat berat bagiku yang notabene sangat senang berteman.

Setiap pilihan memiliki sebab dan akibat. Begitulah sebuah keputusan itu dibuat.


#sabtulis #pekan23
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Label Pena

Pena Terpopuler

Kawan Pena